Minggu, 31 Mei 2009

Mesin Rusak, Lion Air Batal Terbang

Pesawat Lion Air nahas itu saat ini sudah dibawa ke Jakarta setelah diperbaiki.
Minggu, 31 Mei 2009, 21:48 WIB
Arry Anggadha
Lion Air (mbelgedez.com)

Garuda Gunakan Airbus untuk Beijing-Jakarta

31/05/09 10:32
Beijing (ANTARA News) - Maskapai penerbangan Garuda Indonesia Airways mulai awal 2010 akan menggunakan pesawat berbadan besar jenis Airbus untuk jalur Beijing-Jakarta dalam upaya memberikan layanan lebih baik kepada penumpang.

"Mulai awal 2010 jalur penerbangan Beijing-Jakarta dan sebaliknya akan menggunakan pesawat berbadan besar jenis Airbus dari yang sekarang Boeing 737 NG," kata Manajer Umum Garuda Indonesia Beijing Sentot Mujiono di Beijing, Minggu.

Menurutnya, alasan utama pengalihan penggunaan pesawat berbadan besar itu adalah untuk memberikan kenyamanan dan keleluasaan para penumpang menggunakan pesawat berbadan besar.

Di tengah persaingan penerbangan yang sangat ketat, terutama rute Beijing-Jakarta dan kecenderungan maskapai asing menggunakan pesawat berbadan besar, maka Garuda perlu menjawab tantangan itu dengan mengganti jenis armada angkutnya.

Dia mengakui, persaingan memperebutkan penumpang untuk jalur Beijing-Jakarta sangat ketat sehingga perlu melakukan sejumlah perbaikan layanan, khususnya kenyamanan.

"Kami berharap di tengah ketatnya persaingan ini dan adanya tawaran menggunakan pesawat berbadan besar mulai awal 2010, semakin banyak masyarakat yang memilih Garuda untuk penerbangan Beijing-Jakarta," kata Sentot.

Manajemen Garuda Beijing optimistis mampu bersaingan dan menarik sebanyak mungkin penumpang untuk menggunakan maskapai penerbangannya.

Terkait keluhan yang menyatakan harga tiket Garuda lebih mahal dibanding maskapai asing lain untuk jalur itu, Sentot membantahnya karena harga itu sesuai dengan berbagai kenyamanan yang diperoleh penumpang ketika menggunakan Garuda.

Kenyamanannya antara lain jam keberangkatan Garuda dari Beijing pada pagi hari dan tiba di Jakarta petang hari, sehingga penumpang tidak terlalu malam sampai di Bandara Soekarno-Hatta.

"Jam keberangkatan dan tiba di tempat tujuan sesungguhnya menguntungkan para penumpang karena tidak malam hari, selain itu layanan dalam pesawat selama penerbangan juga tidak kalah dengan maskapai asing," tambahnya.

Pada rute Beijing-Jakarta in Garuda terbang setiap Rabu, Jumat dan Minggu, sementara Jakarta-Beijing setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu dengan menggunakan Boeing 737 generasi baru. (*)

COPYRIGHT © 2009

Kamis, 28 Mei 2009

Kasus Merpati: Pemerintah Minta Jaminan Pabrikan

sumber: Tempointeraktif.com

Kamis, 28 Mei 2009 | 12:54 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sofyan Djalil mengatakan, pemerintah meminta jaminan pabrikan kepada Xian Aircraft Industry Company Ltd Cina terkait pembelian 15 unit pesawat jenis MA-60.

Sofyan menjelaskan permintaan itu terkait temuan kerusakan crack di bagian ekor belakang pesawat. “Ini harus diperhatikan betul, keamanan dan keandalan itu penting,” ujarnya dalam Coffee Morning di kantor Kementerian Negara BUMN, Kamis (28/5).

Kisruh ini berawal dari pembelian 15 pesawat MA-60 buatan Xian seharga US$ 15 juta atau Rp 180 miliar dan direncanakan melayani rute Indonesia Timur dengan cara sewa. Dua dari 15 pesawat yang dipesan telah didatangkan, namun belakangan Merpati mengurangi jumlah pesanan karena harga jual Xian dinilai terlalu mahal.

Xian menolak permintaan Merpati karena sudah terikat kontrak. Buntutnya, Xian menggugat perusahaan pelat merah itu sebesar Rp 1 triliun. Akibat kisruh Merpati-Xian, kucuran kredit pemerintah Cina untuk proyek pembangkit listrik Perusahaan Listrik Negara sempat tersendat.

Sofyan mengatakan pesawat jenis MA-60 itu tak mengantongi sertifikat Federal Aviation Association (FAA), namun mendapat sertifikat dari otoritas penerbangan Cina dan Direktorat Sertifikasi Kelayakan Udara Departemen Perhubungan Indonesia. “Setelah lihat ada kerusakan, kami minta pabrikan menjamin jika ada masalah,” ucapnya.

Sebelumnya pemerintah menargetkan penyelesaian masalah ini pada semester pertama 2009. Menurut Sofyan hingga kini masalah Merpati masih diselesaikan oleh tim restrukturisasi. Sofyan juga membantah rumor bahwa negosiasi pemerintah dengan Xian telah selesai. “Tidak, negosiasi belum selesai. Masih perlu pembahasan lagi,” tuturnya.

Februari lalu, Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) Bambang Bhakti menjelaskan, tim restrukturisasi sedang berusaha mengurangi jumlah pembelian pesawat menjadi delapan buah dari rencana 15 buah. Sebab berdasarkan kajian PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA), Merpati hanya mampu membeli delapan pesawat karena kondisi keuangan perusahaan yang belum sehat.

RIEKA RAHADIANA

Batavia Air Ekspansi ke Timur Tengah

Jakarta (ANTARA News) - Maskapai penerbangan Batavia Air melakukan ekspansi ke kawasan Timur Tengah dengan rencana pembukaan jalur Jakarta-Jeddah (Arab Saudi) pulang pergi, paling lambat Agustus 2009.

"Pembukaan jalur ke kawasan Timur Tengah membidik pangsa tenaga kerja indonesia (TKI)," kata Public Relation Batavia Air, Eddy Haryanto di Jakarta, Kamis.

TKI yang ada di kawasan Timur Tengah, kata Eddy, sangat banyak dan hal ini merupakan potensi pasar bagi dunia penerbangan.

Dalam rencana penerbangan ke kawasan Timur Tengah, kata Eddy, pihaknya akan mengoperasikan pesawat berbadan lebar, hal ini juga guna mengantisipasi bila diminta pemerintah mengangkut jemaah haji Indonesia.

"Persiapan penerbangan ke Jeddah sedang dimatangkan, tinggal menunggu waktu yang tepat kalau tidak Juli ya Agustus 2009," kata Eddy.

Batavia Air sebelumnya sudah melakukan ekspansi ke kawasan Asia dengan penerbangan Jakarta-Kuching (Sarawak Malaysia) dan Jakarta - Guangzhou (Cina).

"Kedua rute tersebut cukup baik dengan rata-rata jumlah penumpang terangkut atau load factor mampu di atas rata-rata," kata Eddy.

Dalam penerbangan dalam negeri, Batavia Air mampu melayani rute ke 32 kota di seluruh Indonesia, dan saat ini mengoperasikan 36 pesawat terdiri jenis Boeing 737 seri 300 dan 400 sebanyak 25 pesawat serta Airbus 319 dan 320 sebanyak enam pesawat.

Eddy mengatakan, dalam upaya memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan setia, maka telah melakukan penjualan dan pemasaran tiket melalui media online atau dikenal e-ticketing.(*)

Minggu, 24 Mei 2009

Hidrolik Rusak Hongkong Express Batal Terbang

Denpasar (ANTARA News) - Pesawat Hongkong Express yang telah ditunggu 124 wisatawan di Bandara Ngurah Rai Bali, Minggu malam batal terbang ke Hongkong akibat kerusakan hidrolik.

Kerusakan hidrolik itu diketahui saat pengecekan teknik menjelang pukul 18:30 Wita, saat ke-124 wisatawan yang hendak pulang ke Hongkong dan China sudah "check in" dan bersiap "boarding" atau masuk ke pesawat.

Elis dari Ground Services Agent (GSA) Hongkong Express Bali ketika dikonfirmasi membenarkan terjadinya kerusakan hidrolik yang menunda kepulangan wisatawan yang telah berada di Bali selama 4-5 hari itu.

"Bersyukur kerusakan tersebut diketahui sebelum terbang, walaupun semua penumpang harus menunda keberangkatan ke Hongkong satu atau dua hari," katanya.

Ke-124 wisatawan China dan Hongong itu kemudian diangkut kembali dan diinapkan di Inna Grand Bali Beach Sanur dalam tanggungan Hongkong Expres.

Elis berharap pada Senin (25/5) sore seluruh penumpang sudah bisa diterbangkan ke Hongkong, meskipun untuk perbaikan kerusakan pesawat masih harus menunggu kiriman suku cadang jenis itu.

Sementara itu, pihak Airport Duty Manager atau petugas yang berwenang atas penerbangan di Bandara Ngurah Rai mengatakan tidak tahu mengenai penundaan penerbangan Hongkong Express.

Sedangkan Manager Personalia dan Humas PT Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai, Alex Pujiantoro ketika dihubungi melalui telepon selular tidak ada respon.

Sejumlah sumber memperkirakan Hongkong Express merupakan penerbangan carter, karena selama ini tidak diketahui sebagai penerbangan reguler.(*)

Rabu, 20 Mei 2009

Lion Bangun Simulator Terpadu Senilai 60 Juta Dolar

20/05/09 20:10

Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal (kiri) dan Direktur Utama Lion Air Rusdi Kirana (kanan),
mencoba simulasi pesawat Boeing 737,
di Lion Village Facility, Tangerang, Banten (ANTARA/Ujang Zaelani)

Jakarta (ANTARA News) - Maskapai penerbangan swasta terbesar, Lion Air menggelontorkan sedikitnya 60 juta dolar AS untuk membangun fasilitas terpadu yang dinamakan Lion Village Facility yang dilengkapi tiga simulator pesawat jenis B737-900ER dan satu untuk jenis ATR hingga dua tahun ke depan.

"Investasi sebesar itu untuk pengadaan satu simulator untuk B737-900 ER sekitar 12 juta dolar AS, suku cadang 45 juta dolar AS dan cadangan mesin 10 juta dolar AS. Ini belum termasuk harga tanah dan bangunan, yang tidak kita masukkan karena nilainya relatif murah," kata CEO Lion Air, Rusdi Kirana saat mendampingi Menhub Jusman Syafii Djamal usai peresmian Lion Village Facility di industri Bandara Mas Cengkareng, Banten, Rabu.

Rusdi menegaskan, pengadaan suku cadang uang cukup besar itu dibeli dengan transaksi biasa. "Bukan dihedging (lindung nilai, red)," katanya.

"Untuk saat ini, fasilitas semua ini untuk Lion saja, meski ada permintaan dari maskapai lain. Untuk kita saja, simulator terpakai 24 jam per hari," katanya sambil menambahkan bahwa dengan satu simulator, sekitar 30 pilot per tahun dapat ditampung untuk transisi mempertahankan rating.

Lion sendiri hingga akhir tahun ini, berniat mendatangkan 31 dari total 178 pesawat B737-900ER yang dipesan dan lima pesawat jenis ATR dan tahun depan dilanjutkan lagi dengan 12 B737-900ER serta ditambah pada tahun yang sama, lima ATR. Saat ini, total karyawan maskapai ini mencapai 7.250 orang.

"Semua itu untuk pengembangan Lion Air ke depan, meski untuk tahun ini, masih fokus di domestik dan beberapa rute regional seperti Hongkong, Singapura dan Vietnam,`` katanya.

Lion Village Facility dilengkapi teknologi sistem informasi yang memadai seperti sistem Trax yaitu sistem yang mengintegrasikan pelaksanaan pesawat di bandara atau hanggar dengan gudang suku cadang secara online.

Juga dilengkapi, Sistem Geneva yakni sistem operasional penerbangan yang memadukan dan mengatur jadwal penerbangan, jadwal awak pesawat dan catatan operasional penerbangan.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Jusman Syafii Djamal menghimbau agar maskapai besar dengan kepemilikan pesawat di atas 20-25 pesawat diharapkan memiliki simulator agar tingkat kehandalan serta keamanan dan keselamatan penerbangan (safety) selalu dapat terjaga dengan baik. (*)

COPYRIGHT © 2009

Indonesia-China akan Rundingkan Soal Merpati

20/05/09 13:53
Beijing (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan China pada akhir bulan ini dijadwalkan akan melakukan perundingan membahas penyelesaian masalah yang terjadi antara Merpati Nusantara Airlines (MNA) dan Xi`an Aircraft Industry Co Ltd (XAC) di Beijing.

"Segala persiapan sedang dilakukan oleh tim dari kedua negara dan diharapkan pada akhir bulan ini bisa melakukan perundingan," kata Atase Perdagangan (Atdag) RI Beijing Imbang Listiyadi di Beijing, Rabu.

Menurutnya, pemerintah Indonesia telah mengirim surat resmi ke dubes China di Jakarta mengenai rencana kunjungan tim Indonesia yang akan datang ke Beijing dan bertemu dengan sejumlah pejabat dari China.

Kunjungan tim dari Indonesia tersebut merupakan kunjungan balasan tim dari China yang pada pertengahan April 2009 datang ke Jakarta untuk tujuan sama.

Dikatakan, tim dari Indonesia yang antara lain terdiri utusan dari Depdag, Depkeu, Dephub dan MNA selama di China akan bertemu dengan tim dari Kementrian Perdagangan China (MOFCOM) dan departemen lain yang khusus telah dibentuk untuk mempercepat penyelesaian kasus tersebut.

Kunjungan itu dinilai sangat penting dan strategis dalam upaya kebersamaan kedua negara untuk menyelesaikan masalah dengan baik dan saling menguntungkan kedua belah pihak.

"Diharapkan kunjungan tim dari Indonesia nanti bisa segera menyelesaikan masalah yang kedua perusahaan penerbangan tersebut," kata Imbang.

Proses upaya penyelesaian masalah antara kedua maskapai penerbangan itu juga telah dilakukan ketika Dubes RI untuk China Sudrajat pada 6 April mengunjungi perusahaan penerbangan China di Xi`an, provinsi Shaanxi itu dan bertemu dengan para petinggi untuk membahas dan membicarakan berbagai agenda.

"Pembicaraan saat itu berlangsung sangat positif dan pihak China juga menginginkan agar masalah ini bisa segera diselesaikan yang saling menguntungkan kedua negara," kata dubes saat itu

Dikatakan Imbang kunjungan dirinya ke Xi`an dan tim China ke Indonesia dalam upaya menindaklanjuti hasil pertemuan antara Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati yang pada 19 Maret 2009 melakukan pertemuan dengan Wakil PM China Li Keqiang, yang antara lain membicarakan solusi masalah MNA dengan XAC.

Hubungan ekonomi kedua negara sempat "memanas" sehubungan dengan adanya kisruh pengadaan 15 pesawat buatan XAC seharga 15 juta dolar AS atau Rp180 miliar.

Pesawat ini direncanakan melayani rute Indonesia Timur dengan cara sewa. Dua dari 15 pesawat yang dipesan telah didatangkan, namun belakangan Merpati mengurangi jumlah pesanan karena harga jualnya dinilai terlalu mahal.

Perusahaan China itu menolak permintaan Merpati karena sudah terikat kontrak. Buntutnya, XAC menggugat perusahaan pelat merah itu sebesar Rp1 triliun. (*)

COPYRIGHT © 2009

Menhub Resmikan Lion "Village Facility"


20/05/09 11:14

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal dijadwalkan meresmikan Lion Village Facility milik maskapai swasta nasional terbesar, Lion Air di kawasan industri Bandara Mas Cengkareng, Rabu (20/5).

Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait dalam siaran pers di Jakarta, Rabu pagi, menjelaskan, fasilitas yang dibangun di atas tanah seluas kurang lebih dua hektar itu untuk mengantisipasi perkembangan industri penerbangan nasional.

"Fasilitas ini kita sebut kawasan operasional Lion Air yang menyediakan aneka fasilitas pendukung operasi penerbangan dan perawatan pesawat beserta komponennya," kata Edward.

Edward menyebut, sejumlah fasilitas itu antara lain simulator untuk pesawat B 737-900ER, pelatihan awak kabin pesawat, perkantoran, pergudangan, perbaikan pesawat dan asrama awak kabin serta sarana olah raga.

Dirut Lion Air Rusdi Kirana mengatakan, fasilitas ini dapat menghemat devisa, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan penerimaan pajak dan profesionalisme tenaga kerja bidang operasional penerbangan.

Jadi, kata Rusdi, sebagai maskapai dengan jaringan pelayanan penerbangan terbesar di Indonesia, sudah sewajarnya memiliki fasilitas infrastruktur yang memadai seperti Lion Village Facility.

"Ini sejalan dengan komitmen Lion Air untuk selalu mengutamakan keselamatan dan keamanan penerbangan," kata Rusdi.

Lion Village Facility dilengkapi teknologi sistem informasi yang memadai seperti sistem Trax yaitu sistem yang mengintegrasikan pelaksanaan pesawat di bandara atau hanggar dengan gudang suku cadang secara online.

Juga dilengkapi, Sistem Geneva yakni sistem operasional penerbangan yang memadukan dan mengatur jadwal penerbangan, jadwal awak pesawat dan catatan catatan operasional penerbangan. (*)

Senin, 11 Mei 2009

Dua Boeing Lion Untuk Jakarta-Jeddah

11/05/09 20:36
Jakarta (ANTARA News) - Maskapai penerbangan swasta terbesar, Lion Air, menyiapkan sedikitnya dua Boeing 747-400 untuk melayani rute baru ke Timur Tengah, Jakarta-Jeddah pulang pergi.

"Dua Boeing 747-400 Family sedang disiapkan untuk rute Jakarta-Jeddah mulai Juni 2009," kata Direktur Umum Lion Air Edward Sirait dalam siaran pers di Jakarta, Senin.

Edward menjelaskan, hari Minggu kemarin (10/5), satu dari dua pesawat itu telah tiba di Bandara Soekarno-Hatta dengan registrasi PK-LHF.

Pesawat itu sebelumnya menjalani proses pengecatan dan penataan kursi di Kuala Lumpur, Malaysia.

Pesawat yang disiapkan untuk melayani penerbangan Cengkareng-Jeddah ini berkapasitas 498 tempat duduk dan menyediakan dua kelas yakni ekonomi dan bisnis.

Pesawat jenis ini merupakan pesawat unggulan diantara pesawat berkelas 400 tempat duduk karena menjadi pesawat angkut terbaik dan tercepat serta sudah terbukti sangat andal (high reliability). (*)

COPYRIGHT © 2009

Jumat, 08 Mei 2009

GMF Penuhi Standar Internasional Perawatan Pesawat

08/05/09 18:15
Denpasar (ANTARA News) - Otoritas penerbangan sipil Amerika Serikat atau FAA telah melakukan audit dan menyatakan, PT GMF AeroAsia memenuhi standar internasional yang ditentukan FAA dalam perawatan pesawat.

Siaran pers PT GMF AeroAsia yang diterima ANTARA Denpasar, Jumat menyebutkan, kesimpulan itu merupakan hasil audit FAA terhadap GMF AeroAsia yang berlangsung pada 4 sampai 6 Mei 2009.

Pada kegiatan audit itu, FAA mengirimkan dua auditornya, yakni Antonio C Blas dan Robert Feldman. Mereka mengaudit sistem kualitas, kualifikasi personel dan fasilitas perawatan pesawat terbang yang dimiliki GMF AeroAsia.

"GMF sudah bisa dikatakan sebagai `Maintenance Repair and Overhaul` (MRO) kelas dunia, karena sudah memenuhi standar industri penerbangan internasional," kata Antonio C Blas.

Selain itu semua rekomendasi perbaikan yang disampaikan oleh auditor FAA pada audit lalu telah dilaksanakan dengan baik oleh GMF. Artinya sistem kegiatan perbaikan terhadap keselamatan dan sistem kualitas sudah berjalan dengan baik," kata Antonio.

VP Quality Assurance and Safety GMF AeroAsia, Fuad Abdullah menambahkan, secara umum hasil audit FAA kali ini cukup baik.

"FAA yakin kalau GMF sudah konsisten menjalankan regulasi yang mereka tentukan," katanya.

GMF AeroAsia, katanya, memang memegang "approval" dari FAA sejak 1992. Dalam setiap audit yang dilakukan dua kali dalam setahun, GMF dinyatakan lulus dan memenuhi kualifikasi FAA.

Hasil audit ini, menurut dia, tentu sangat penting bagi GMF dalam rangka masuk ke pasar luar negeri. Dengan hasil audit itu, pihaknya mengaku makin yakin karena memiliki modal penting memasuki pasar Amerika Serikat.

Selama ini GMF AeroAsia sudah mendapat pelanggan dari perusahaan penerbangan yang menggunakan registrasi Amerika Serikat, seperti, Gecas, Southern Air, Kalita Air dan lain-lain.

"Bahkan bersamaan dengan audit FAA, maskapai kargo dari Amerika Southern Air mengirimkan dua pesawatnya ke GMF untuk menjalani perawatan C-Check," katanya.

Pada kesempatan yang sama FAA juga memberikan kepercayaan kepada GMF sebagai penyelenggara seminar keamanan pangkalan perawatan di Jakarta pada 11-12 Agustus 2009. FAA akan mengirimkan tim ahli dari berbagai aspek perawatan pesawat terbang sebagai pembicara di seminar tersebut.

"Kepercayaan FAA ini semakin melengkapi pengakuan otoritas penerbangan sipil internasional kepada GMF AeroAsia. Selain FAA, GMF juga memiliki sertifikat approval dari otoritas penerbangan sipil Eropa, EASA serta beberapa otoritas penerbangan sipil negara lain," kata Fuad.(*)

Indonesia-Australia Bentuk Tim Buka Rute Denpasar-Darwin

08/05/09 17:26
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Negara BUMN bersama negara bagian Northern Territory (NT), Australia membentuk tim teknis untuk membuka kembali rute penerbangan Garuda Indonesia rute Denpasar-Darwin.

"Tim teknis akan membicarakan berbagai keputusan yang akan diambil oleh kedua pihak," kata Menteri Negara BUMN, Sofyan Djalil, di Jakarta, Jumat.

Mulai 22 April 2009, Garuda menutup rute Denpasar-Darwin dengan alasan tingkat isian (load factor) penerbangan ke wilayah itu sangat rendah.

Maskapai tersebut sudah menerbangi rute tersebut sejak tahun 1980, namun dianggap tidak memberi keuntungan selain karena penumpang yang tidak banyak juga penerbangan hanya dua kali dalam sepekan.

Sebelumnya diwartakan ANTARA, Menteri Hubungan Asia negara bagian Northern Territory (NT), Australia, Christopher Bruce Burns, menyatakan telah menawarkan dukungan pendanaan kerja sama pemasaran Garuda di Darwin kepada pemerintah RI dan manajemen Garuda.

Tawaran tersebut bagian dari upaya serius pemerintah NT mempertahankan kehadiran maskapai penerbangan nasional Indonesia itu di Darwin. "Saya akan melakukan apa pun untuk mengembalikan Garuda ke Darwin," kata dalam suatu konferensi pers.

Menurut Sofyan Djalil, pemerintah NT sendiri bersama dengan Dubes Australia untuk Indonesia Bill Farmer sudah datang ke Kementerian BUMN untuk menindaklanjuti upaya pembukaan rute tersebut.

"Ya.. tadi bicara bagaimana supaya Garuda terbang lagi ke sana (Darwin)," ujarnya.

Akan tetapi lanjutnya, kita menjelaskan kesulitan-kesulitan yang dihadapi Garuda jika mempertahankan rute tersebut terutama soal rendahnya tingkat isian.

"Untuk apa kita pertahankan kalau memang masih merugi", selain load factor rendah, Garuda juga kekurangan pesawat dan pilot. Jadi banyak faktor-faktornya," ujar Sofyan.

Sofyan mengakui, dalam pertemuan itu pihak Australia memberikan penawaran-penawaran seperti upaya pemasaran bersama oleh kedua pihak.

"Tetapi itu belum bisa kita putuskan," tegas Sofyan.(*)