Jayapura (ANTARA News) - Seluruh penumpang dan awak pesawat twin otter milik Maskapai Merpati Nusantara Airlines (MNA), yang jatuh sejak Minggu (2/8), saat melakukan penerbangan dari bandara Sentani, Jayapura menuju Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, hingga saat ini belum berhasil dievakuasi.
"Tim SAR hingga saat ini belum sampai dilokasi tempat jatuhnya pesawat, karena terkendala cuaca buruk," kata Koordinator SAR Jayapura, Kolonel (Pnb) Suwandi Mihardja yang juga Komandan Pangkalan Udara Jayapura di Sentani, Rabu.
Ia menjelaskan Lokasi tempat jatuhnya pesawat yang berada sekitar 9000 kaki dari permukaan laut yakni di wilayah Ambisibil, sekitar 3 mile arah Oksibil, ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang, dalam beberapa hari terakhir cuacanya kurang bersahabat sehingga tim SAR belum bisa diturunkan.
"Kita terpaksa menurunkan tim SAR didaerah Okbibab, dan nantinya tim akan berjalan kaki sekitar Lima kilometer menuju lokasi jatuhnya pesawat. Diperkirakan saat menjelang malam tim sudah berada di lokasi," ujarnya.
Suwandi menambahkan, jika besok sudah bisa dilakukan evakuasi terhadap para korban, maka akan langsung diterbangkan menuju Oksibil untuk selanjutnya di bawa ke Jayapura guna proses otopsi dan kremasi.
Menyinggung soal adanya informasi tentang seluruh awak dan penumpang pesawat yang dikabarkan telah meninggal, Suwandi Mihardja, menolak untuk memberikan komentar.
"Saya belum bisa memberikan keterangan karena belum ada laporan resmi dari tim SAR tentang kondisi disana," terangnya.
Padahal sebelumnya, Direktur Utama MNA, Bambang Bhakti, dalam keterangannya kepada wartawan, mengatakan telah menerima laporan dari masyarakat yang telah sampai dilokasi jatuhnya pesawat, bahwa kondisi pesawat hancur dan seluruh awak dan penumpangnya telah meninggal.
"Pihak MNA akan bertanggungjawab kepada pihak korban sampai pada penguburannya, sementara pada keluarga dan ahli waris akan diberikan santunan," kata Bambang di Bandara Sentani, Rabu siang.
Ketua DPRD Pegunungan Bintang, Konstan Oktemka, yang dihubungi ANTARA dari Jayapura melalui telepon selularnya juga membenarkan bahwa kondisi pesawat hancur berantakan serta seluruh awak dan penumpangnya tidak bisa diselamatkan.
"Semua awak dan penumpang telah meninggal, kalau ada yang hidup itu merupakan sebuah mukjizat," kata Konstan.
Sementara itu para kerabat penumpang pesawat naas yang merasa bingung dengan informasi yang menurut mereka masih simpang siur terkait kondisi keluarganya, Rabu sore mendatangi posko SAR di Base Of AURI Sentani.
"Kami kesini karena ingin mengetahui kejelasan tentang keadaan pesawat dan nasib para penumpangnya," kata Kepala Dinas P dan P, kabupaten Pegunungan Bintang, Stefanus Ngatimin, yang merupakan salah satu kerabat penumpang pesawat.(*)
"Tim SAR hingga saat ini belum sampai dilokasi tempat jatuhnya pesawat, karena terkendala cuaca buruk," kata Koordinator SAR Jayapura, Kolonel (Pnb) Suwandi Mihardja yang juga Komandan Pangkalan Udara Jayapura di Sentani, Rabu.
Ia menjelaskan Lokasi tempat jatuhnya pesawat yang berada sekitar 9000 kaki dari permukaan laut yakni di wilayah Ambisibil, sekitar 3 mile arah Oksibil, ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang, dalam beberapa hari terakhir cuacanya kurang bersahabat sehingga tim SAR belum bisa diturunkan.
"Kita terpaksa menurunkan tim SAR didaerah Okbibab, dan nantinya tim akan berjalan kaki sekitar Lima kilometer menuju lokasi jatuhnya pesawat. Diperkirakan saat menjelang malam tim sudah berada di lokasi," ujarnya.
Suwandi menambahkan, jika besok sudah bisa dilakukan evakuasi terhadap para korban, maka akan langsung diterbangkan menuju Oksibil untuk selanjutnya di bawa ke Jayapura guna proses otopsi dan kremasi.
Menyinggung soal adanya informasi tentang seluruh awak dan penumpang pesawat yang dikabarkan telah meninggal, Suwandi Mihardja, menolak untuk memberikan komentar.
"Saya belum bisa memberikan keterangan karena belum ada laporan resmi dari tim SAR tentang kondisi disana," terangnya.
Padahal sebelumnya, Direktur Utama MNA, Bambang Bhakti, dalam keterangannya kepada wartawan, mengatakan telah menerima laporan dari masyarakat yang telah sampai dilokasi jatuhnya pesawat, bahwa kondisi pesawat hancur dan seluruh awak dan penumpangnya telah meninggal.
"Pihak MNA akan bertanggungjawab kepada pihak korban sampai pada penguburannya, sementara pada keluarga dan ahli waris akan diberikan santunan," kata Bambang di Bandara Sentani, Rabu siang.
Ketua DPRD Pegunungan Bintang, Konstan Oktemka, yang dihubungi ANTARA dari Jayapura melalui telepon selularnya juga membenarkan bahwa kondisi pesawat hancur berantakan serta seluruh awak dan penumpangnya tidak bisa diselamatkan.
"Semua awak dan penumpang telah meninggal, kalau ada yang hidup itu merupakan sebuah mukjizat," kata Konstan.
Sementara itu para kerabat penumpang pesawat naas yang merasa bingung dengan informasi yang menurut mereka masih simpang siur terkait kondisi keluarganya, Rabu sore mendatangi posko SAR di Base Of AURI Sentani.
"Kami kesini karena ingin mengetahui kejelasan tentang keadaan pesawat dan nasib para penumpangnya," kata Kepala Dinas P dan P, kabupaten Pegunungan Bintang, Stefanus Ngatimin, yang merupakan salah satu kerabat penumpang pesawat.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar