Kamis, 28 Mei 2009

Kasus Merpati: Pemerintah Minta Jaminan Pabrikan

sumber: Tempointeraktif.com

Kamis, 28 Mei 2009 | 12:54 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sofyan Djalil mengatakan, pemerintah meminta jaminan pabrikan kepada Xian Aircraft Industry Company Ltd Cina terkait pembelian 15 unit pesawat jenis MA-60.

Sofyan menjelaskan permintaan itu terkait temuan kerusakan crack di bagian ekor belakang pesawat. “Ini harus diperhatikan betul, keamanan dan keandalan itu penting,” ujarnya dalam Coffee Morning di kantor Kementerian Negara BUMN, Kamis (28/5).

Kisruh ini berawal dari pembelian 15 pesawat MA-60 buatan Xian seharga US$ 15 juta atau Rp 180 miliar dan direncanakan melayani rute Indonesia Timur dengan cara sewa. Dua dari 15 pesawat yang dipesan telah didatangkan, namun belakangan Merpati mengurangi jumlah pesanan karena harga jual Xian dinilai terlalu mahal.

Xian menolak permintaan Merpati karena sudah terikat kontrak. Buntutnya, Xian menggugat perusahaan pelat merah itu sebesar Rp 1 triliun. Akibat kisruh Merpati-Xian, kucuran kredit pemerintah Cina untuk proyek pembangkit listrik Perusahaan Listrik Negara sempat tersendat.

Sofyan mengatakan pesawat jenis MA-60 itu tak mengantongi sertifikat Federal Aviation Association (FAA), namun mendapat sertifikat dari otoritas penerbangan Cina dan Direktorat Sertifikasi Kelayakan Udara Departemen Perhubungan Indonesia. “Setelah lihat ada kerusakan, kami minta pabrikan menjamin jika ada masalah,” ucapnya.

Sebelumnya pemerintah menargetkan penyelesaian masalah ini pada semester pertama 2009. Menurut Sofyan hingga kini masalah Merpati masih diselesaikan oleh tim restrukturisasi. Sofyan juga membantah rumor bahwa negosiasi pemerintah dengan Xian telah selesai. “Tidak, negosiasi belum selesai. Masih perlu pembahasan lagi,” tuturnya.

Februari lalu, Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) Bambang Bhakti menjelaskan, tim restrukturisasi sedang berusaha mengurangi jumlah pembelian pesawat menjadi delapan buah dari rencana 15 buah. Sebab berdasarkan kajian PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA), Merpati hanya mampu membeli delapan pesawat karena kondisi keuangan perusahaan yang belum sehat.

RIEKA RAHADIANA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar