Jakarta - Rencana Garuda Indonesia memulai penawaran saham perdana (IPO) pada Juni atau Juli tahun ini terancam tertunda karena belum mendapatkan persetujuan dari krediturnya, European Creditur Agency (ECA).
"IPO tertunda karena masih ada kendala dengan kreditur, maka kemungkinan tidak bisa dilaksanakan sesuai jadwal," kata Deputi Menteri BUMN Bidang Restrukturisasi dan Privatisasi, Mahmudin Yasin, di sela Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung MPR/DPR-RI, Senin.
Menurut Yasin, persetujuan dari kreditur terutama ECA sangat menentukan dalam proses IPO.
Ia menjelaskan, manajemen Garuda sesungguhnya sudah merancang akan menemui para kreditur asal Eropa yang berbasis di London itu pada beberapa pekan lalu. Namun, karena terjadi bencana letusan gunung berapi di Isaalandia mengakibatkan keberangkatan batal dilaksanakan.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar menuturkan, sisa utang perseroan kepada kreditur mencapai 561 juta dolar AS.
Utang terbesar adalah kepada ECA yang menvapai 320 juta dolar AS, sisanya 131 juta dolar AS utang Floating Rates Notes (FRN) kepada kreditur di Singapura.
Selebihnya, utang kepada perusahaan dalam negeri seperti PT Pertamina, Angkasa Pura I, II sebesar 105 juta dolar AS.
Menurut Yasin, dengan belum tuntasnya restrukturisasi utang tersebut, maka "request for proposal" (permintaan pengajuan proposal) untuk melakukan seleksi penjamin IPO belum bisa dikeluarkan oleh Kementerian BUMN.
IPO Garuda akan melepas saham maksimum 40 persen, dengan target dana yang bakal diraih 300 juta dolar AS, atau sekitar Rp2,7 triliun.
IPO tersebut, merupakan rangkaian dari restrukturisasi perusahaan demi meningkatkan kinerja perseroan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar