Subang, Malaysia (ANTARA News) - Manajemen Riau Airlines menyataka hingga Mei 2010 terdapat dua orang pilot maskapai telah "dibajak" oleh Garuda Indonesia dan Lion Air karena krisis terhadap tenaga pilot yang terjadi di Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir.
Kedua pilot yang "dibajak" itu merupakan kapten pilot pesawat Foker 50 yakni Kapten Junaedi yang kini menerbangkan pesawat Boeing 737-800 milik Garuda Indonesia dan Kapten Agus Ma`ruf yang menerbangkan pesawat jenis ATR 72-500 milik Lion Air.
"Kami tidak bisa menahan kedua kapten pilot pesawat Foker 50 Riau Airlines itu karena mereka memang ingin `dibajak` dan perusahaan yang `membajak` berani membayar kerugian kami seperti biaya melatih mereka," ujar Manager Operasi Riau Airlines, Kapten Heru Tri Perwiranto, di Subang, Malaysia, Ahad, (23/5)
Pernyataan itu disampaikan Heru disela-sela menjadi instruktur terhadap dua orang pilot baru Riau Airlines ketika melakukan simulator pesawat Foker 50 menggunakan fasilitas Malaysia Airlines Flight Crew di Subang.
Menurutnya, "bajak" dan "membajak" pilot pada dunia penerbangan hampir dialami seluruh maskapai penerbangan nasional dan kondisi itu terjadi karena pesatnya kemajuan industri penerbangan Tanah Air yang tidak diikuti dengan kebutuhan tenaga pilot siap pakai.
Sedikitnya sejak Riau Airlines mulai beroperasi pada Desember 2002 hingga 15 Mei 2010, tercatat sebanyak 10 orang kapten pilot pesawat jenis Foker 50 dan pesawat BAe RJ 100 telah "dibajak" oleh maskapai dalam dan luar negeri.
Dengan kondisi tersebut, maka Riau Airlines harus segera mencari pengganti dan kembali melatih menggunakan simulator sesuai dengan tipe pesawat yang dioperasikan oleh perusahaan maskapai milik pemerintah daerah di Sumatera yang berkedudukan di Kota Pekanbaru, Riau itu.
Saat ini sendiri jumlah pilot Riau Airlines tidak kurang dari 50 orang dan terus melakukan penambahan pilot-pilot baru seiring dengan kebijakan perusahaan yang akan mendatangkan 30 unit pesawat hingga akhir tahun 2013.
"Kita terus menambah jumlah pilot dan untuk simulasi kita telah bekerja sama dengan Malaysia Airlines Flight Crew karena untuk simulator pesawat Foker hanya ada di Malaysia dan Belanda," ujarnya.
Untuk menghadapi kebijakan liberalisasi penerbangan di kawasan ASEAN atau yang dikenal "open sky policy" yang mulai diberlakukan pemerintah Indonesia tahun 2015, maka Riau Airlines telah melakukan persiapan dengan mendatangkan sedikitnya 30 unit pesawat.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Riau Airlines beberapa waktu lalu menyetujui dilakukannnya revitalisasi serta penambahan armada dalam rangka memperbaiki kinerja perusahaan dengan melakukan suntikan modal sebesar Rp55,4 miliar.
Direktur Utama Riau Airlines, Teguh Triyanto, menyatakan, pihaknya telah memfokuskan diri menjadi maskapai pengumpan (feeder) dengan peningkatan pelayanan dan membuka rute-rute penerbangan pendek terutama di Sumatera, Kalimantan dan Indonesia bagian timur.
RUPS itu juga menyetujui sewa beli terhadap dua pesawat jenis Foker 50 pada Agustus 2010, setelah pada pertengahan Juni dan awal Juli 2010 Riau Airlines mendatangkan dua pesawat Boeing masing-masing 737-500 dan 737-300 dari Hongkong untuk memperkuat armadanya.
Selain itu para pemegang saham juga menyetujui rencana perusahaan yang akan melakukan kerja sama operasi dengan perusahaan Eropa untuk mengoperasikan 14 unit pesawat penumpang bermesin jet Embraer ERJ 145 dan tujuh unit pesawat Embraer E 170.(Ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar