Brisbane (ANTARA News) - Setelah hampir 30 tahun melayani penerbangan langsung Darwin-Denpasar, Garuda Indonesia memutuskan untuk tidak lagi "mengepakkan sayapnya" melayani rute ini mulai 22 April 2009.
Perihal keputusan penghentian operasi Garuda Indonesia di ibukota negara bagian Northern Territory (NT) itu terungkap dalam perbincangan ANTARA dengan Konsul RI Darwin, Harbangan Napitupulu, Kamis.
"Terus terang, banyak warga kita yang kecewa dengan keputusan (manajemen) Garuda menghentikan penerbangan langsung Darwin-Denpasar ini. Menurut saya, sepatutnya rute penerbangan Garuda ini jangan ditutup tetapi dikurangi dari tiga kali menjadi dua kali seminggu seperti kondisi sebelum Mei 2008," katanya.
Reaksi terkejut atas keputusan mendadak manajemen Garuda Indonesia di Jakarta menutup rute Darwin-Denpasar itu juga datang dari pejabat pemerintah negara bagian Northern Territory (NT) karena kehadiran Garuda sejak 1980 di Darwin berdampak positif terhadap penguatan hubungan Indonesia-NT, kata Harbangan.
Sementara itu, informasi yang dihimpun ANTARA menyebutkan, keputusan manajemen Garuda menghentikan operasi penerbangan langsung Darwin-Denpasar mulai 22 April itu baru diketahui Rabu (15/4).
Alasan normatif penghentian operasi maskapai penerbangan nasional yang membawa simbol kenegaraan RI dari Australia Utara itu adalah "kelesuan ekonomi" walaupun maskapai penerbangan murah Australia, Jet Star dan Virgin Blue, justru menambah frekuensi penerbangannya ke Denpasar, Bali, dari kota-kota utama negara itu.
Faktor lain yang memengaruhi daya saing Garuda adalah adanya kelebihan kapasitas karena maskapai penerbangan murah, Jet Star, menggunakan pesawat A-320 berkapasitas 177 tempat duduk untuk melayani rute penerbangan Darwin-Denpasar PP setiap hari.
Dua tahun lalu, rute penerbangan Darwin-Denpasar ini hanya diterbangi dua kali seminggu oleh Garuda Indonesia dan dua kali seminggu oleh maskapai penerbangan nasional Australia, Qantas, dengan pesawat berkapasitas 132 tempat duduk (Garuda) dan 147 tempat duduk (Qantas).
Sejak setahun lalu, Qantas menghentikan rute penerbangannya ke Denpasar. Kekosongan Qantas ini kemudian diisi oleh maskapai penerbangan regional, Airnorth, dengan pesawat berkapasitas 75 tempat duduk.
Sebelum tutup, Airnorth melayani rute penerbangan Darwin-Denpasar tiga kali seminggu atau sama seperti Garuda. Kondisi "over capacity" (kelebihan kapasitas) yang kini terjadi di Darwin ini menuntut pihak regulator agar meninjau dan melakukan pengaturan kembali.
Dilihat dari kinerja Garuda Indonesia di Darwin, disebutkan bahwa pada 2007-2008, kantor Garuda di ibukota negara bagian Northern Territory itu justru memberikan kontribusi laba bagi perusahaan.
Berkaitan dengan tanggungjawab Garuda Indonesia di Darwin terhadap para calon penumpang yang sudah membeli tiket, disebutkan bahwa mereka akan diberikan "full refund" (pengembalian harga tiket penuh) atau tetap melanjutkan penerbangannya ke Denpasar, Bali, dengan maskapai penerbangan lain atas biaya Garuda.(*)
Perihal keputusan penghentian operasi Garuda Indonesia di ibukota negara bagian Northern Territory (NT) itu terungkap dalam perbincangan ANTARA dengan Konsul RI Darwin, Harbangan Napitupulu, Kamis.
"Terus terang, banyak warga kita yang kecewa dengan keputusan (manajemen) Garuda menghentikan penerbangan langsung Darwin-Denpasar ini. Menurut saya, sepatutnya rute penerbangan Garuda ini jangan ditutup tetapi dikurangi dari tiga kali menjadi dua kali seminggu seperti kondisi sebelum Mei 2008," katanya.
Reaksi terkejut atas keputusan mendadak manajemen Garuda Indonesia di Jakarta menutup rute Darwin-Denpasar itu juga datang dari pejabat pemerintah negara bagian Northern Territory (NT) karena kehadiran Garuda sejak 1980 di Darwin berdampak positif terhadap penguatan hubungan Indonesia-NT, kata Harbangan.
Sementara itu, informasi yang dihimpun ANTARA menyebutkan, keputusan manajemen Garuda menghentikan operasi penerbangan langsung Darwin-Denpasar mulai 22 April itu baru diketahui Rabu (15/4).
Alasan normatif penghentian operasi maskapai penerbangan nasional yang membawa simbol kenegaraan RI dari Australia Utara itu adalah "kelesuan ekonomi" walaupun maskapai penerbangan murah Australia, Jet Star dan Virgin Blue, justru menambah frekuensi penerbangannya ke Denpasar, Bali, dari kota-kota utama negara itu.
Faktor lain yang memengaruhi daya saing Garuda adalah adanya kelebihan kapasitas karena maskapai penerbangan murah, Jet Star, menggunakan pesawat A-320 berkapasitas 177 tempat duduk untuk melayani rute penerbangan Darwin-Denpasar PP setiap hari.
Dua tahun lalu, rute penerbangan Darwin-Denpasar ini hanya diterbangi dua kali seminggu oleh Garuda Indonesia dan dua kali seminggu oleh maskapai penerbangan nasional Australia, Qantas, dengan pesawat berkapasitas 132 tempat duduk (Garuda) dan 147 tempat duduk (Qantas).
Sejak setahun lalu, Qantas menghentikan rute penerbangannya ke Denpasar. Kekosongan Qantas ini kemudian diisi oleh maskapai penerbangan regional, Airnorth, dengan pesawat berkapasitas 75 tempat duduk.
Sebelum tutup, Airnorth melayani rute penerbangan Darwin-Denpasar tiga kali seminggu atau sama seperti Garuda. Kondisi "over capacity" (kelebihan kapasitas) yang kini terjadi di Darwin ini menuntut pihak regulator agar meninjau dan melakukan pengaturan kembali.
Dilihat dari kinerja Garuda Indonesia di Darwin, disebutkan bahwa pada 2007-2008, kantor Garuda di ibukota negara bagian Northern Territory itu justru memberikan kontribusi laba bagi perusahaan.
Berkaitan dengan tanggungjawab Garuda Indonesia di Darwin terhadap para calon penumpang yang sudah membeli tiket, disebutkan bahwa mereka akan diberikan "full refund" (pengembalian harga tiket penuh) atau tetap melanjutkan penerbangannya ke Denpasar, Bali, dengan maskapai penerbangan lain atas biaya Garuda.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar