Jayapura (ANTARA News) - Maskapai penerbangan "Associated Mission Aviation" (AMA) hari ini merayakan 50 tahun (1959-2009) berkarya di wilayah pedalaman dan terisolir tanah Papua.
AMA didirikan pada 23 Maret 1959 oleh Pemimpin umat Katolik Uskup Jayapura, Mgr R.Staverman,OFM dengan maksud membuka keterisolasian masyarakat Papua yang bermukim di wilayah pedalaman dan terisolir, baik di puncak-puncak bukit dan gunung, lembah dan ngarai yang hanya dapat dijangkau dengan pesawat terbang berbadan kecil.
"Sejak AMA didirikan, maskapai penerbangan milik Misi Katolik ini selain memberikan pelayanan kepada masyarakat di pedalaman tanah Papua juga membantu atau mendukung program pembangunan pemerintah dalam hal transportasi udara guna mengembangkan pembangunan di pedalaman Papua yang belum terjangkau transportasi darat," kata Direktur AMA, Drs Hardus Desa,MA kepada ANTARA di Jayapura, Senin.
Semula, AMA hanya mengoperasikan satu pesawat Cessna 170 dengan nomor registrasi JZ-PTG dan selama 50 tahun AMA terus berkembang pesat menjadi sekitar 10 pesawat, baik Cessna maupun Pilatus Porter.
AMA tidak membatasi diri hanya melayani kepentingan para Pastor atau misi Gereja Katolik di wilayah pedalaman Papua tetapi juga melayani kebutuhan masyarakat dan pemerintah yang sangat mendesak.
AMA mampu memberikan pelayanan yang maksimal dan optimal bagi masyarakat Papua dan pemerintah di hampir semua wilayah pedalaman Papua.
Para Uskup di tanah Papua yaitu Keuskupan Jayapura, Timika, Keuskupan Agung Merauke, Agats dan Keuskupan Manokwari-Sorong telah mendirikan Yayasan AMA agar pengelolaan maskapai penerbangan ini lebih professional.
Saat ini sekitar 400 lapangan terbang didarati pesawat-pesawat terbang AMA. Kebanyakan lapangan terbang di daerah pedalaman Papua hanya mempunyai panjang landasan 400 meter hingga 600 meter.
Adapun visi dan misi AMA antara lain mewujudkan secara konkret amanat Injil dan ajaran sosial Gereja Katolik, melayani umat dan masyarakat di tanah Papua, menyelenggarakan sarana transportasi guna melayani masyarakat Papua secara optimal.
Tujuan yang hendak dicapai AMA adalah menjadi operator yang aman dan terpercaya yang tampak dari produk dan jasa yang maju dan berkembang, sumber daya manusia yang unggul dan berdedikasi, reputasi dan citra AMA yang baik, armada yang modern dan efisien, teknologi yang baru dan inovatif, sistem komunikasi yang baik dan arus kas yang kuat dan sehat.
Kegiatan operasional penerbangan AMA saat ini selain berada di kantor pusat Sentani juga dilakukan di base Manokwari, Nabire dan Waena, Timika dan Sorong. Segera dibuka base di wilayah selatan Papua yaitu Merauke.
Dominasi pasar AMA di penerbangan semakin kuat dengan adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah setempat.
"Pelayanan yang baik kepada masyarakat menjadi kunci keberhasilan AMA di tanah Papua. AMA terus berupaya menambah jumlah armada untuk melayani masyarakat di berbagai daerah terpencil dan terisolir di seluruh tanah Papua," kata Hardus Desa.(*)
AMA didirikan pada 23 Maret 1959 oleh Pemimpin umat Katolik Uskup Jayapura, Mgr R.Staverman,OFM dengan maksud membuka keterisolasian masyarakat Papua yang bermukim di wilayah pedalaman dan terisolir, baik di puncak-puncak bukit dan gunung, lembah dan ngarai yang hanya dapat dijangkau dengan pesawat terbang berbadan kecil.
"Sejak AMA didirikan, maskapai penerbangan milik Misi Katolik ini selain memberikan pelayanan kepada masyarakat di pedalaman tanah Papua juga membantu atau mendukung program pembangunan pemerintah dalam hal transportasi udara guna mengembangkan pembangunan di pedalaman Papua yang belum terjangkau transportasi darat," kata Direktur AMA, Drs Hardus Desa,MA kepada ANTARA di Jayapura, Senin.
Semula, AMA hanya mengoperasikan satu pesawat Cessna 170 dengan nomor registrasi JZ-PTG dan selama 50 tahun AMA terus berkembang pesat menjadi sekitar 10 pesawat, baik Cessna maupun Pilatus Porter.
AMA tidak membatasi diri hanya melayani kepentingan para Pastor atau misi Gereja Katolik di wilayah pedalaman Papua tetapi juga melayani kebutuhan masyarakat dan pemerintah yang sangat mendesak.
AMA mampu memberikan pelayanan yang maksimal dan optimal bagi masyarakat Papua dan pemerintah di hampir semua wilayah pedalaman Papua.
Para Uskup di tanah Papua yaitu Keuskupan Jayapura, Timika, Keuskupan Agung Merauke, Agats dan Keuskupan Manokwari-Sorong telah mendirikan Yayasan AMA agar pengelolaan maskapai penerbangan ini lebih professional.
Saat ini sekitar 400 lapangan terbang didarati pesawat-pesawat terbang AMA. Kebanyakan lapangan terbang di daerah pedalaman Papua hanya mempunyai panjang landasan 400 meter hingga 600 meter.
Adapun visi dan misi AMA antara lain mewujudkan secara konkret amanat Injil dan ajaran sosial Gereja Katolik, melayani umat dan masyarakat di tanah Papua, menyelenggarakan sarana transportasi guna melayani masyarakat Papua secara optimal.
Tujuan yang hendak dicapai AMA adalah menjadi operator yang aman dan terpercaya yang tampak dari produk dan jasa yang maju dan berkembang, sumber daya manusia yang unggul dan berdedikasi, reputasi dan citra AMA yang baik, armada yang modern dan efisien, teknologi yang baru dan inovatif, sistem komunikasi yang baik dan arus kas yang kuat dan sehat.
Kegiatan operasional penerbangan AMA saat ini selain berada di kantor pusat Sentani juga dilakukan di base Manokwari, Nabire dan Waena, Timika dan Sorong. Segera dibuka base di wilayah selatan Papua yaitu Merauke.
Dominasi pasar AMA di penerbangan semakin kuat dengan adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah setempat.
"Pelayanan yang baik kepada masyarakat menjadi kunci keberhasilan AMA di tanah Papua. AMA terus berupaya menambah jumlah armada untuk melayani masyarakat di berbagai daerah terpencil dan terisolir di seluruh tanah Papua," kata Hardus Desa.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar